6/11/2015

Dampak Buruk Beras Plastik Lebih Parah Dari yang Saya Duga





Maraknya keresahan warga tentang adanya isu terbaru mengenai makanan pokok yaitu Beras. Beras yang dimaksud kali ini ialah beras yang berbahaya bagi kesehatan manusia dimana bahan pembuatan beras itu sendiri menggunakan bahan Plastik sehingga beras ini dikenal dengan Beras Plastik. Beras plastic ini sudah menjadi bahan perbincangan di berita-berita tv dan Beras ini juga telah beredar di dunia maya. Bagi para pembeli beras harus hati hati dalam memilih beras yang asli atau beras plasik.

APA ITU BERAS PLASTIK

Beras plastik ialah sebuah beras yang bersal atau berbahan dasar dari Plastik dimana beras ini sangat mirip dengan beras yang aslinya. Dalam Beras Plastik ini sendiri terkandung senyawa zat yang berbahaya bagi manusia dan dapat menyebabkan Kangker. Beras Plastik ini memang masih awam untuk dikenal dimana beras ini muncul belum lama dan itulah sebabnya beras ini belum meluas di seluruh Indonesia. Menurut beberapa sumber, beras plastik ini juga dapat dibedakan dengan beras aslinya tetapi bagi masyarakat yang memang belum mengenlnya, jadi pembedaan itu akan sulit mereka ketahui. Jika dalam membedakan antara Beras plastik dan Beras Asli yaitu dapat di uji dengan memangang beras tersebut dimana banyak yang mengakatan bahwa beras plastik apabila dipegang akan terasa lebih licin dari beras asli (Padi). Selain itu, cara yang dapat digunakan untuk membedakan kedua beras tersebut adalah dengan cara Dibakar. Apabila Beras Plastik dibakar, maka dia akan lebih mudah untuk terbakar daripada beras Asli. Beras plastik sendiri akan lebih duluan terbakar dan mengeluarkan bau dibandingkan dengan beras yang aslinya. Ini adalah sebuah pengalaman baru di tahun 2015 dimana munculnya Beras  yang bernama Beras Plastik. Banyak Beras yang sudah di uji coba di berbagai laboraturium dimana juga telah banyak ditemukan bahwa beras terseut mengandung atau positif beras Plastik. Pada sebuah situs yang kami temukan bahwa ada 3 Senyawa Kimia dalam Beras Plastik yaitu :
BBP (benzyil butyl phtalate), DEHP (diethyl hexyl phthalate), dan DMP (dimethyl phthalateshalate).
Dalam uji coba di sebuah laboraturium 3 jenis zat kimia yang berbahaya dimana 3 zat tersebut terkandung dalam beras Plastik
Beberapa hari terakhir ini kita dikagetkan akan informasi yang beredar di jejaring sosial mengenai keberadaan beras palsu yang berasal dari plastik. Disisi lain pihak kepolisian sedang melakukan pengusutan mengenaiadanya beras plastik tersebut dan sedang berkoordinasi dengan BPOM untuk memastikan apakah beras yang bentuk dan warnanya tidak seperti beras memang berasal dari plastik. Hasil penelitian dari Laboratorium Sucofindo yang disampaikan secara luas kepada masyarakat mendapatkan bahwa beras palsu yang ditemukan di Bekasi tersebut memang mengandung bahan pembuat plastik yaitu Benzyl Butyl Phthalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phthalate (DEHP) dan Diisononyl Phthalate (DNIP). Tentu masyarakat masih menunggu hasil penelitian resmi dari lembaga pemerintah.

Beras palsu berasal dari plastik sebenarnya sudah beredar di beberapa negara Asia. Beberapa informasi menyebutkan bahwa beras plastik tersebut berasal dari Cina. Informasi dari Strait times online tanggal 19 Mei 2015, mensinyalir bahwa beras plastik sudah beredar di negara dengan bahan makanan pokok nasi dan berpenduduk besar seperti India, Indonesia dan Vietnam. Singapura sendiri melalui The Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) menyatakan bahwa Singapura bebas dari beras plastik tersebut.



Apa bahaya beras plastik?

Secara umum pasti bahwa beras plastik sangat berbahaya untuk tubuh kita. Kita tahu bahwa komponen dari plastik bukan sesuatu yang bisa dikonsumsi. Sistim pencernaan kita tidak akan mencerna makanan yang mengandung plastik ini dengan sempurna. Secara akut bisa saja terjadi gangguan langsung pada sistim pencernaan. Makanan yang mengandung plastik akan butuh lama berada didalam lambung kita. Hal ini akan menimbulkan rasa begah, penuh dan cepat kenyang. Gangguan yang terjadi selanjutnya bisa juga terjadi mual dan bahkan muntah. Selain itu bisa saja komponen dari plastik tersebut mengiritasi sistim pencernaan kita.Proses pembuangan dari makanan yang mengandung plastik juga bisa membuat masalah bisa terjadi diare atau malah susah buang air besar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sucofindo ternyata ada unsur phthalat dalam kompenen beras palsu dari Bekasi tersebut. Phthalat bisa diserap oleh usus kita, masuk kedalam darah dan sampai di hati. Memang sebagian besar zat ini akan dikeluarkan melalui kencing sehingga kita sebenarnya bisa mendeteksi kadar pthalat pada urin kita. Zat ini akan merusak liver kita sehingga sistim pencernaan akan terganggu lebih lanjut. Pada penelitian binatang paparan phthalat pada liver akan menyebabkan berkembangnya kanker liver dikemudian hari.

Phthalat juga dapat masuk ke sistim reproduksi kita sehingga menyebabkan terjadinya kemandulan terutama pada pria. Penelitian pada tikus yang dilakukan oleh peneliti Jepang beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan Benzyl Butyl Phthalate mendapatkan pada dosis tertentu, zat ini akan merusak sistim reproduksi pria karena zat ini akan dikenali salah oleh tubuh sebagai ‘hormon’ sehingga merusak sistim reproduksi pria. Pada wanita zat ini juga akan mengganggu sistim reproduksi wanita sehingga bisa menimbulkan permasalahan pada mestruasi wanita usia produktif. Bahkan pada satu penelitian pada manusia dimana ditemukan kadar yang tinggi zat ini pada urin ibu yang baru melahirkan ternyata pada bayinya ditemukan skrotum dan penisyang kecil. Hal ini membuktikan bahwa phthalat bisa menembus plasenta sehingga akan berbahaya pada janin jika dikonsumsi berlebihan pada ibu hamil.Selain berbahaya untuk janin ternyata zat ini juga dapat ditemukan pada air susu ibu sehingga juga berbahaya untuk ibu menyusui.

Dengan melihat dampak akut dan kronis yang terjadi akibat penggunaan zat-zat berbahaya pada makanan pokok kita dalam hal ini beras, memang harus dilakukan penyelidikan yang intensif dan harus diambil tindakan yang tegas. Mengingat nasi merupakan makanan pokok kita, pasti akan dikonsumsi rata-rata 3 kali dalam sehari oleh masyarakat kita. Sehingga kita bisa melihat berapa banyak zat berbahaya ini masuk kedalam tubuh kita kalau ternyata nasi yang kita konsumsi 3 kali sehari ini berasal dari beras plastik.

Masyarakat harus jeli dalam memilih beras yang akan dikonsumsi, para pedagang juga harus melihat apakah beras yang dijual tersebut bukan beras palsu yang mengandung komponen plastik tersebut.

Banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan yangbanyak mengandung vitamin, mineral dan anti oksidan serta banyak mengonsumsi airsesuai dengan yang dianjurkan adalah hal-hal yang bisa kita kerjakan agar kita bisa mengurangi efek sampingdari paparan zat yang berbahaya ini.
Lantas, bagaimana cara membedakan beras palsu dari plastik dengan beras asli? Berikut panduannya:

1. Letakkan beras itu di atas kertas atau meja, lalu pilah. Bila terdapat bentuk beras tanpa memiliki lengkungan di bagian ujung, lentur, tanpa ada titik putih di tengahnya, dan cenderung lebih bersih bisa dikategorikan sebagai beras palsu.



2. Beras sintetis bentuknya cenderung lurus sempurna tanpa ada titik putih. Beras palsu yang terbuat dari plastik, teksturnya lebih lembut dan licin, berwarna putih seluruhnya. Untuk beras asli, tekstur beras sedikit lebih kasar, warnanya putih dan bening tapi tidak seluruhnya, memiliki bentuk sekam dan rupa mengapur.

3. Beras asli akan menyerap air, dimana tekstur beras akan lembut. Apabila ditanak, beras akan mengeras tapi tekstur kelembutannya masih ada. Sedangkan untuk beras palsu, beras lembek dan semakin mengeras. Saat dikeluarkan dari penanak nasi, beras palsu justru akan semakin kering dan mengeras.

4. Dari segi rasa dan aroma, beras asli akan memiliki rasa manis karena glukosa karbohidrat dalam beras terurai sempurna. Sedangkan beras palsu rasanya hambar dan tawar tidak memiliki rasa. Aroma beras palsu cenderung mengeluarkan bau sangit dan beraroma bahan kimia. Untuk beras asli akan mengeluarkan aroma lebih wangi karena kandungan air di beras yang menjadi nasi akan mengeluarkan bau yang harum, selain itu juga glukosa pada beras keluar dengan sempurna.

Sanksi FIFA: Masa depan timnas Indonesia 'makin suram'





Masa depan tim nasional sepak bola Indonesia dikhawatirkan makin terpuruk setelah FIFA memberikan sanksi berupa larangan berlaga di ajang internasional, kata seorang pengamat.

"Peringkat sepak bola Indonesia bakal turun terus, karena kita tidak bisa mengikuti turnamen dunia yang masuk agenda FIFA dan lainnya," kata pengamat sepak bola Andi Bachtiar Yusuf kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (31/05).
Menurutnya, sangat mungkin timnas Indonesia bisa berada di urutan paling bawah setelah sanksi FIFA itu turun. "Karena untuk menggelar uji coba (dengan negara lain) saja bakal susah."

Kementerian Pemuda dan olah raga meminta masyarakat tidak perlu meratapi secara berlebihan sanksi FIFA tersebut.

"Sanksi FIFA ini tak perlu diratapi secara berlebihan. Memang kita dihadapkan pada pilihan sulit, karena sementara waktu kita harus prihatin tidak bisa menyaksikan timnas dan klub yang tak bisa berlaga di ajang internasional," demikian rilis resmi Kementerian Pemuda dan olah raga, Minggu (31/05).

Indonesia dijatuhi sanksi larangan berkiprah di laga internasional, karena pemerintah Indonesia -melalui Kemenpora- dianggap telah mencampuri urusan internal PSSI.
Pertengahan April lalu, Kemenpora memberikan sanksi pembekuan kepengurusan PSSI karena dianggap tidak mentaati hasil rekomendasi Badan Olahraga profesional Indonesia (BOPI).

Rekomendasi itu menyatakan, PSSI dilarang menyertakan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam liga sepak bola karena adanya dualisme kepemimpinan.
Dalam perjalanannya, PSSI tetap mengizinkan Arema dan Persebaya bertanding, awal Maret 2015 lalu.

Di sinilah, Kemenpora kemudian menulis surat peringatan pertama dan kedua kepada PSSI, tetapi tidak ditanggapi. Sanksi administrasi pun dikeluarkan berupa pembekuan PSSI. 

Gelar dialog
Kemenpora dan PSSI diminta segera menyelesaikan konflik di antara mereka dan melepaskan egoisme masing-masing demi menyelamatkan masalah yang lebih penting yaitu masa depan sepak bola Indonesia.

Hal ini disuarakan sejumlah pihak menanggapi konflik terbuka Kemenpora-PSSI terkai tpemberian sanksi berupa pembekuan PSSI oleh Kemenpora.
"Daripada mengorbankan masalah yang jauh lebih besar, yaitu masa depan sepak bola Indonesia, maka harus ada rekonsiliasi dari kedua pihak. Ini jalan tengah paling memungkinkan," kata Yunan Syaifullah, pengamat sepak bola dan penulis buku Filosofi sepak bola, Minggu (19/04) malam.

"Persoalan sepak bola kita masih compang-camping, itu wilayah lain. Begitu sudah ada titik temu (Kemenpora-PSSI), maka masalah tata kelola perlu diperhatikan dan diselesaikan," tambahnya

Kemenpora tidak mengakui kepengurusan baru PSSI dibawah kepemimpinan La Nyalla Mattalitti (kiri).
Kedua pihak, lanjut Yunan, juga harus secara bersama-sama memperkuat diplomasi internasional terkait ancaman sanksi Federasi sepak bola seluruh dunia, FIFA, karena tuduhan campur tangan pemerintah Indonesia terhadap PSSI.
Seruan serupa juga dilontarkan pelatih Sriwijaya FC, Benny Dollo. Dia mengatakan, pimpinan PSSI dan Kemenpora harus segera bertemu.
"Solusi terbaiknya adalah duduk bersama dan dibahas bersama," kata Benny Dollo kepada BBC Indonesia.

Pembekuan PSSI, bagaimanapun, membuat nasib kompetisi Liga Super Indonesia, LSI yang dihentikan awal April, makin tidak jelas nasibnya.
Ketua suporter Persib Bandung, Heru Joko, mengkhawatirkan, pembekuan PSSI ini akan mengakibatkan kerugian kepada klub-klub sepak bola profesional, termasuk Persib.
"Kalau ada sanksi FIFA terhadap PSSI, jelas ngefek kepada Persib. Persib bakalan nggak boleh main di liga yang lebih besar. Jadi, ya, kolaborasi yang lebih baiklah untuk kepentingan bersama," kata Heru Joko.

 Dan berikut komentar tentang sanksi fifa yg di jatuhkan untuk timnas indonesia :

 Kalau semua pengurus PSSI dirombak total, masih ada harapan!" Jocko Dwi, Komunitas Facebook BBC Indonesia.
"Tidak terlalu banyak korelasinya antara pembekuan PSSI dengan peningkatan mutu sepak bola di tanah air. Sepak bola kita akan maju bila seluruh aspek yang berhubungan dengan sepak bola harus benar-benar dijalankan dengan profesional. Siapa yang tidak profesional singkirkan dari suluruh kegiatan yang berhubungan dengan itu, seperti klub (terutama yang masuk level ISL, divisi utama dan divisi satu), pengurus, pemain, wasit, pokoknya semuanya termasuk penonton juga." OM Hedo, Komunitas Facebook BBC Indonesia.
"Mana PSSI ada perbaikan? Selama pengurusnya itu-itu saja, ya, nggak ada kemajuan! Ganti semua kepengurusan PSSI dengan yang baru. Tentunya yang lebih faham sepak bola. Insya Allah sepakbola kita nggak kalah sama Timor Leste!" Cak Lies Pasdihati, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

"Kenapa tidak, beberapa negara pernah di banned FIFA juga malahan maju pesat. Mudah-mudahan Indonesia mengikuti jejaknya dan tanpa sanksi FIFA terlebih dahulu." Hilman Abdul Aziz Almukhrozy, Komunitas Facebook BBC Indonesia.
"Mana ada perbaikan! Kekacauan jelas! Punya menteri tidak paham posisi! Yang punya masalah dua klub, kok ujung-ujungnya bikin tim transisi! Ya ini namanya memanfaatkan jabatan untuk memberikan jabatan! Menteri yang aneh." Febry Leaay, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

Mana ada perbaikan! Kekacauan jelas! Punya menteri tidak paham posisi! Yang punya masalah dua klub, kok ujung-ujungnya bikin tim transisi! Ya ini namanya memanfaatkan jabatan untuk memberikan jabatan! Menteri yang aneh. Febry Leaay, Komunitas Facebook BBC Indonesia.
"Tidak mungkin selama pemerintah ikut campur. Seharusnya pemerintah membiarkan PSSI mandiri, dan pemerintah menyetop mendanai PSSI, bukan untuk membekukannya." Bintange Ongis Nade, Komunitas Facebook BBC Indonesia

"Perlu dan tepat sekali. Olahraga ini tidak ada prestasinya dan ngotot tidak boleh diintervensi pula! Emang PSSI itu negara? FiFA tidak perlu ikut-ikut dululah, untuk masalah ini biar kita benerin sendiri dulu di internal, baru bicara keluar." Jhon Usat, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

"Revolusi mental persepakbolaan Indonesia, barangkali semangat itulah yang harus dimunculkan, baik ke dalam maupun ke luar. Bebaskan persepakbolaan kita dari urusan atau kepentingan politik partai tertentu. Semangat revolusi mental inilah esensi yang perlu dibangun dalam relasi antara FIFA-tim transisi PSSI. Dengan koordinasi yang baik, maka diharapkan segala aspek persepakbolaan negeri ini juga akan menunjukkan hal-hal yang positif, prestasi nyata klub sepak bola nasional kita baik level ASEAN, Asia bahkan dunia, lepas dari berbagai perseteruan kronis yang miskin prestasi yang terjadi beberapa dekade terakhir." Ag Paulus, Komunitas Facebook BBC Indonesia.
"Tidak ada jaminan, PSSI bentukan baru bakal bersih." Fery, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

"Bukan momentum tapi musibah bagi PSSI yang sedang merangkak menjalankan roda kompetisi dengan profesional. Semua karena ulah BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) dan Kemenpora yang terlalu ikut campur mengurus PSSI padahal banyak cabang olah raga lain yang butuh perhatian, bulutangkis contohnya yang sering mengharumkan nama bangsa indonesia." Ali Batigol, Komunitas Facebook BBC Indonesia. "Tidak terlalu banyak korelasinya antara pembekuan PSSI dengan peningkatan mutu sepak bola di tanah air. Sepak bola kita akan maju bila seluruh aspek yang berhubungan dengan sepak bola harus benar-benar dijalankan dengan profesional. Siapa yang tidak profesional singkirkan dari suluruh kegiatan yang berhubungan dengan itu, seperti klub (terutama yang masuk level ISL, divisi utama dan divisi satu), pengurus, pemain, wasit, pokoknya semuanya termasuk penonton juga." OM Hedo, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

"Yang harus direhab adalah orang-orangnya atau pengurusnya, bukan PSSI-nya! PSSI ibarat rumah yang banyak tikusnya, masa mau ngebasmi tikus, malah menghancurkan rumah? Saya rasa itu bukan solusi tapi sensasi sang menteri." Dian Juwanda, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

Tidak terlalu banyak korelasinya antara pembekuan PSSI dengan peningkatan mutu sepak bola di tanah air. Sepak bola kita akan maju bila seluruh aspek yang berhubungan dengan sepak bola harus benar-benar dijalankan dengan profesional. Siapa yang tidak profesional singkirkan dari suluruh kegiatan yang berhubungan dengan itu, seperti klub (terutama yang masuk level ISL, divisi utama dan divisi satu), pengurus, pemain, wasit, pokoknya semuanya termasuk penonton juga. OM Hedo, Komunitas Facebook BBC Indonesia. 

"Perlindungan terhadap esensial 'profesional dalam kompetisi cabang olahraga' sudah harus ditegakkan. Perlu dikawal dengan ketat oleh pemerintah meskipun induk organisasi ini sudah punya aturan main baku yg berstandar internasional. Dibekukan saja jika ternyata memang banyak hal janggal dari kecil hingga besar merupakan tindak penyelewengan aturan main yang sudah ada. Negara sebagai pelindung warga negaranya dirasa sudah pas jika harus melindungi konsumen (suporter dan pemain) agar duit dan loyalitas mereka dibayar dgn sepadan oleh profesionalitas produsen (klub dan kompetisi sehat)." Arief Kurniawan, Komunitas Facebook BBC Indonesia.

"Pembekuan bukan solusi permasalahan PSSI yang sudah mengakar dari dulu sampai sekarang. Masalahnya ada pada ketidakpedulian pemerintah sampai ada pembiaran sedemikian kompleks di tubuh PSSI sendiri... PSSI sendiri sekarang ini jadi lembaga buat cari uang, gengsi, dan kepentingan. Sedangkan di sisi lain pemerintahnya sedari pertama kurang mendukung terhadap kemajuan olah raga nasional. Sedangkan sepakbola sekarang sudah jadi ajang bisnis perputaran uang yang bila dikelola dengan baik dan bijak akan menghasilkan prestasi. Lihat saja liga sepakbola kita yang di tiap klubnya punya pendukung sedemikan banyak, klub yang sudah tertata rapih yang hanya tinggal pembetulan di sana-sini, perputaran uang yang tidak sedikit. Tapi kembali lagi ketidakberdayaan pemerintah juga yang perlu dipersoalkan dari pertama. Terlebih lagi ada banyak konflik kepentingan dimana-mana baik itu di pemerintahannya maupun di tubuh PSSI nya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum kalau di negeri ini prestasi jadi barang langka. Semuanya mestinya mengkoreksi diri, bekerja keras dan bekerja sama atas nama sportifitas dan prestasi. Tapi sepertinya tidak semudah itu. Rakyat menonton dagelan ini..." Pastrana Kaldera, Komunitas Facebook BBC Indonesia.