Kepribadian merupakan ciri watak
seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku individu. Kepribadian
sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki seseorang.
Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan orang lain. Dasar pokok
dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan psikologisnya. Kepribadian
sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi
atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri aktual individu tersebut
(bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya
(bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana
dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan,
situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
B.
NILAI NILAI INDIVIDU
Nilai adalah ide umum tentang tujuan
yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang
yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma
dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat
secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus,
ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa
terlihat melalui interaksi antaranggota dalam budaya.
Nilai-nilai budaya yang berlaku
berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu Negara belum tentu
berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari nilai yang berlaku di
Negara
Untuk
memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan
sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.
“Value
is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence
is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct
or end-state of existence.” (Rokeach, 1973 hal. 5)
“Value
is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about
desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184)
“Value
as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as
guiding principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz,
1994 hal. 21)
Schwartz mengemukakan teori bahwa
nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan
dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi
sosial (Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi
terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa
sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai
benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi /
individual (power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau
kedua-duanya (universalism, security).
Nilai individu biasanya mengacu pada
kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang
memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua,
agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994;
Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994).
agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994;
Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994).
Nilai sebagai sesuatu yang lebih
diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih
diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin
dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku
(Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih
besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga
mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan
cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi
yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai
menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki
kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal
tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di
mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).
C. KONSEP GAYA
HIDUP DAN PENGUKURANNYA
Gaya hidup menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di
identifikasikan oleh bagaimana orangmenghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa
yang mereka anggap penting dalam hidupnya(ketertarikan) dan apa yang
mereka pikirkan tentang dunia sekitar.
Gaya hidup adalah bagaimana seseorang
menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik
individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan
seiring
dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus
kehidupan.
Psikografi
adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan
sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian.
Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Teori sosio-psikologis melihat dari
variabel sosial yang merupakan determinan yang paling penting dalam pembentukan
kepribadian. Teori faktor ciri, yang mengemukakan bahwa kepribadian individu
terdiri dari atribut predisposisi yang pasti yang disebut ciri (trait).
Konsep gaya hidup konsumen sedikit
berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup,
bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka.
Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang
memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka
terhadap sesuatu.
Ada
3 Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup Konsumen :
1.
Kegiatan yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
2.
Minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki
konsumen.
3.
Pendapat atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana
semacam pertanyaan yang diajukan.
Contoh
nyata pada kehidupan sehari-hari :
Di
Amerika Serikat kelas sosial ini seperti yang diklasifikasikan oleh Coleman
menjadi 7 kelas sosial masing-masing kelas Atas-Atas, Atas Bawah, Menengah
Atas, kelas Menengah, kelas Pekerja, BawahAtas, Bawah-bawah
Sementara
di Kota Jakarta, hasil penelitian Sosiologi UI yang tertuang dalam Rencana Umum
Pembangunan Sosial Budaya DKI Jakarta 1994-1995, dapat distratifikasikan dalam
lima strata, yaitu lapisan elite, lapisan menengah, lapisan peralihan, lapisan
bawah, dan lapisan terendah.
Dalam perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup
Dalam perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup
D.
PENGUKURAN GANDA PERILAKU INDIVIDU
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen
1.
sikap orang lain
2.
Faktor situasi tak terduga
Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
Ada 5 tahap proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari :
1.Pengenalan
Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari
pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau
kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan
sejumlah keadaan yang diinginkan.
2.Pencarian
Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin
mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan
konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia
cenderung akan membelinya.
3.Pengevaluasian
Alternatif
Cara konsumen memulai usaha
mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan
situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan
kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4.Keputusan
Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen
menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara
umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai,
tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan
keputusan pembelian.
5.Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya
berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa
puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting
diperhatikan oleh pemasar.
sumber : http://balonquadalima.blogspot.co.id/2014/12/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup-tugas.html
No comments:
Post a Comment